Prof. Rokhmin Serahkan 15 Ribu Bibit Pohon Buah-buahan ke Petani di Cirebon dan Indramayu

Anggota DPR RI, Prof. Rokhmin menyerahkan bantuan bibit pohon buah-buahan ke petani di Indramayu dan Cirebon.

AYUMAJAKUNING, (CN).-
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., menyerahkan 15 ribu bibit pohon buah-buahan ke para petani di Cirebon dan Kabupaten Indramayu.

Bantuan 15 ribu bibit produktif (bitpro) ini merupakan program aspirasi dari Prof. Rokhmin sebagai anggota Komisi IV DPR RI. Dari hasil perjuangan Prof. Rokhmin yang menjalin kemitraan dengan BPDAS Cimanuk Citanduy, akhirnya bisa tersalurkan ke para petani.

“Alhamdulillah, para petani di Cirebon dan Indramayu dapat bantuan bibit pohon produktif. Ada bibit mangga, jambu, nangka dan petai. Ini upaya kita dari DPR RI dan pemerintah untuk kesejahteraan petani,” tandas Rektor Universitas UMMI Bogor ini.

Bantuan secara simbolis diserahkan Prof. Rokhmin ke petani di sela kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di BPDAS Cimanuk–Citanduy, Indramayu, pada Kamis (4/9/2025).

Dalam kegiatan bimtek, Guru Besar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB University ini menegaskan pentingnya upaya penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk–Citanduy yang sudah di ambang krisis ekologis.

“Degradasi hutan, banjir bandang dan konflik air bukan lagi isu tetapi ancaman nyata yang sangat serius. Gagal menyelamatkan DAS, berarti kita sedang menggali kuburan bagi anak cucu kita sendiri,” jelas Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2001–2004 ini.

Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Cirebon-Indramayu ini memberikan paparan dengan judul, “Strategi Pengelolaan Terpadu Hutan dan Lahan DAS Cimanuk–Citanduy: Menuju Ekosistem yang Sehat, Produktif Dan Berkelanjutan”.

Menurutnya, sekitar 40.875 hektar lahan di DAS Cimanuk–Citanduy berada dalam kondisi kritis. Kerusakan ini memicu bencana beruntun: banjir di Garut dan Sumedang, kekeringan di Indramayu dan Cirebon serta pendangkalan waduk strategis.

“Ini bukan sekadar krisis ekologi, tapi juga ancaman sosial dan ekonomi nasional. Hutan dirusak, air hilang rakyat menderita dan negara bisa lumpuh,” katanya.

Dengan sekitar 40.875 hektar lahan kritis atau 28 persen dari total wilayah DAS, dampak kerusakan sudah nyata. Di Garut dan Sumedang terjadi banjir bandang, kekeringan ekstrem di Cirebon dan Indramayu, serta pendangkalan waduk yang memicu konflik air.

Kerusakan hulu menjadi pemicu bencana hilir, memperlihatkan betapa terhubungnya ekosistem dan kehidupan sosial.

Prof. Rokhmin menyebut keadaan ini sebagai “bom waktu sosial dan ekonomi” yang harus dijinakkan melalui strategi radikal. Strategi itu meliputi rehabilitasi hutan prioritas, agroforestri, sinergi lintas instansi, pembiayaan hijau (green finance) dan keterlibatan aktif masyarakat akar rumput.

“Pengelolaan DAS bukan hanya tugas pemerintah. Ini tanggung jawab semua elemen bangsa demi menjaga keberlanjutan air, tanah dan kehidupan,” ucapnya.(Noli/CN)

Exit mobile version