Napak Tilas Rel Tua, KAI Daop 3 Cirebon dan Komunitas Sejarah Kenang 128 Tahun Jalur KA Cirebon–Semarang

Kota Cirebon, (CN),–
Suasana nostalgia menyelimuti Kota Cirebon pada Kamis (1/5) saat PT KAI Daop 3 Cirebon bersama Komunitas Cirebon History, IRPS Korwil Cirebon, dan Edan Sepur Cirebon menggelar kegiatan napak tilas memperingati 128 tahun dibukanya jalur kereta api Cirebon–Semarang.

Dimulai dari kawasan Syekh Magelung hingga Stasiun Cirebon Prujakan, peserta menyusuri bekas jalur rel yang kini tak lagi beroperasi. Sepanjang perjalanan, mereka mengamati sisa-sisa infrastruktur perkeretaapian masa kolonial yang masih bertahan, sembari mendengarkan kisah sejarah dari para pegiat komunitas.

“Kegiatan ini bukan sekadar jalan kaki menyusuri rel tua. Ini tentang mengenang, belajar, dan menghargai sejarah panjang perkeretaapian di Cirebon,” ujar Manager Humas Daop 3 Cirebon, Muhibbuddin.

Sebanyak 60 peserta dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak, tampak antusias mengikuti setiap sesi. Kegiatan dilanjutkan di Stasiun Cirebon Prujakan dengan sesi edukasi tentang sejarah pembangunan jalur KA dan peran penting stasiun dalam perkembangan wilayah Cirebon.

Menurut catatan sejarah, jalur sepanjang 373 km yang menghubungkan Semarang, Cirebon, hingga Kadipaten dibangun oleh perusahaan kereta api era kolonial, de Samarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), antara tahun 1897–1914. Jalur ini menjadi urat nadi transportasi penumpang dan distribusi komoditas, khususnya gula, dari 54 pabrik yang tersebar di sepanjang pantura Jawa.

Peringatan 1 Mei menjadi momen penting karena pada tanggal inilah di tahun 1897 jalur Cirebon–Semarang resmi dibuka. Saat itu, Stasiun Tjangkol (Cirebon SCS) menjadi penghubung utama sebelum akhirnya digantikan oleh Stasiun Cirebon Prujakan usai relokasi dan konsesi antara perusahaan SS dan SCS pada tahun 1914.

“Kita patut bersyukur karena perkeretaapian Indonesia kini berkembang pesat. Dari sejarah inilah kita belajar bahwa kemajuan hari ini tak lepas dari jejak masa lalu yang mesti kita jaga,” pungkas Muhibbuddin. (Andi/CN)

Exit mobile version