KOTA CIREBON, (CN),—
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 3 Cirebon terus menunjukkan keseriusannya dalam menjadikan keselamatan sebagai budaya kerja. Salah satu langkah nyata yang kini tengah digencarkan adalah program sertifikasi bagi seluruh petugas operasional serta asesmen kepribadian dan pemetaan kompetensi untuk para masinis.
Manager Humas Daop 3 Cirebon, Muhibbuddin, menuturkan bahwa sertifikasi menjadi bukti pengakuan terhadap kompetensi petugas, baik Awak Sarana Perkeretaapian (ASP) maupun Non ASP. Sertifikasi ini diterbitkan langsung oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
“Keselamatan adalah prioritas utama KAI. Kami ingin memastikan bahwa setiap perjalanan kereta api berlangsung aman, dan itu hanya bisa dicapai dengan SDM yang kompeten dan tersertifikasi,” ujar Muhib, Senin (6/5).
Petugas yang disertifikasi mencakup berbagai peran penting dalam operasional harian, mulai dari Masinis, Kondektur, PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api), Teknisi, hingga Penjaga Perlintasan dan Juru Langsir.
Per April 2025, Daop 3 Cirebon mencatat sebanyak 970 petugas telah mengantongi sertifikat kompetensi. Sementara itu, dari 234 petugas yang ditargetkan mendapat sertifikasi tahun ini, 107 di antaranya telah berhasil lolos proses. Sisanya, sebanyak 127 petugas, tengah menunggu proses penerbitan sertifikat oleh DJKA.
Program sertifikasi ini mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2012 tentang Sertifikasi dan Pengujian Kompetensi di Bidang Perkeretaapian, yang mewajibkan setiap individu di sektor ini memiliki bukti kecakapan yang diakui pemerintah.
“Dengan petugas yang tersertifikasi, kami berharap masyarakat makin yakin bahwa kereta api adalah moda transportasi yang aman dan dapat diandalkan,” tambah Muhib.
Asesmen Masinis
Selain sertifikasi teknis, KAI Daop 3 Cirebon juga melakukan asesmen kepribadian serta pemetaan kompetensi bagi seluruh masinis. Menurut Muhib, asesmen ini penting untuk memahami karakteristik psikologis dan profesional tiap masinis dalam menjalankan tugasnya.
“Ini bukan hanya soal keahlian teknis, tetapi juga bagaimana seorang masinis mampu mengendalikan emosi, mengambil keputusan cepat, dan bertindak tepat di situasi krusial,” jelasnya.
Asesmen tersebut menjadi dasar untuk penugasan dan pengembangan karier para masinis, agar mereka senantiasa berada dalam kondisi prima baik secara mental maupun profesional. (Andi/CN)
