Kabupaten Cirebon, (CN),-
Di bawah langit Desa Ambulu yang pagi itu menyisakan bias cerah, aroma lumpur basah menyeruak, menjadi pengingat bisu akan banjir rob yang tak kenal jeda. Desa kecil di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon ini kembali tergerus gelombang laut yang membawa genangan, menyapu halaman, dan merangsek masuk ke ruang-ruang kelas SDN 3 Ambulu.
Bangku-bangku kayu, meja belajar yang kerap menjadi saksi diskusi kecil penuh tawa, kini berselimut lumpur pekat. Anak-anak yang biasanya berlarian di lapangan bermain kini berkerumun di Galeri Ambulu, sebuah gedung sederhana milik pemerintah desa, yang menjadi ruang belajar sementara.
Namun, Jumat (10/1/2025) itu ada pemandangan yang memantik senyum di tengah keterbatasan. Kombes Pol Sumarni, Kapolresta Cirebon, hadir menyapa 164 murid yang tengah belajar dalam keterbatasan. Bukan sekadar kunjungan formal, ia datang membawa semangat dan perhatian.
“Kami tahu kondisi ini sangat sulit bagi anak-anak. Tapi, saya ingin mereka tetap semangat. Jangan sampai banjir ini memupus cita-cita mereka,” ujar Sumarni, matanya menyapu wajah-wajah kecil yang penuh tanya namun tetap menyimpan binar harapan.
Tak hanya menguatkan dengan kata-kata, Sumarni juga membawa bingkisan makanan bergizi, sebuah wujud kepedulian nyata di tengah badai masalah. Ia bahkan melangkahkan kaki ke ruang-ruang kelas yang tersisa, tempat dinding-dinding berlumur lumpur menceritakan bagaimana air merangsek masuk, meninggalkan jejak yang melelahkan.
“InsyaAllah, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memperbaiki sekolah ini. Anak-anak berhak atas tempat belajar yang layak,” katanya dengan nada penuh tekad.
Di sisi lain, Kepala SDN 3 Ambulu, Sautun Hasanah, tak mampu menyembunyikan rasa haru. Baginya, kehadiran Sumarni lebih dari sekadar kunjungan biasa.
“Ibu Kapolresta sangat peduli. Beliau bahkan langsung menghubungi Pak Kadisdik untuk meminta bantuan bagi sekolah ini. Kami merasa sangat dihargai,” ucap Sautun, senyum kecil menghiasi wajahnya yang lelah namun penuh harapan.
Meski terpaan banjir rob seolah menjadi rutinitas tak diundang, semangat belajar tak pernah padam. Para murid dan guru bahu membahu membersihkan ruang-ruang kelas dari lumpur yang menebal. Mereka paham, perjuangan ini bukan sekadar tentang bertahan dari banjir, tetapi juga menjaga asa generasi muda.
“Kami berharap bangunan sekolah ini bisa ditinggikan, agar masalah banjir rob tidak terus berulang,” harap Sautun, yang terus berjuang agar sekolah tetap menjadi rumah kedua bagi murid-muridnya.
Di balik tragedi banjir rob, ada cerita tentang kekuatan komunitas, perhatian dari pihak-pihak yang peduli, dan semangat anak-anak yang tak pernah goyah.
(Andifafa/CN)