BBWS Cimanuk Cisanggarung Inovasikan Teknologi Hemat Energi dan Perkuat Infrastruktur Irigasi Hadapi Musim Tanam

Kepala Balai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro terus mendorong penguatan infrastruktur dan inovasi teknologi hemat energi untuk mendukung ketahanan pangan serta efektivitas sistem irigasi, terutama menjelang musim tanam berikutnya.*

Kota Cirebon, (CN),–
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung terus mendorong penguatan infrastruktur dan inovasi teknologi hemat energi untuk mendukung ketahanan pangan serta efektivitas sistem irigasi, terutama menjelang musim tanam berikutnya.

Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan sejumlah evaluasi dan persiapan, baik secara teknis maupun sosial, untuk menghadapi tantangan di lapangan.

“Saat ini kami tengah merintis alat pertanian berbasis tenaga surya dan aki charger, yang mampu membantu proses penanaman dan penyiangan gulma. Ini sebagai solusi atas kendala genangan air yang minim di beberapa lokasi,” ujarnya, Senin (26/5/2025).

Alat tersebut dikembangkan agar petani tidak bergantung pada bahan bakar minyak. “Cukup menggunakan sinar matahari yang melimpah di area persawahan. Ini lebih hemat dan efisien,” tambahnya.

Selain itu, BBWS juga tengah menyiapkan upaya rekayasa sosial dan teknis untuk mendukung penerapan sistem tanam IPAT (Intensifikasi Pertanian dengan Air Terbatas). Dwi Agus menekankan pentingnya konsistensi dalam budidaya dan penerapan teknologi pertanian modern agar hasil lebih maksimal.

Terkait infrastruktur irigasi, BBWS telah melakukan inventarisasi saluran irigasi di wilayah Majalengka dan Cirebon. “Kami pastikan tumpukan material yang mengganggu saluran harus dibersihkan. Jika petani butuh memompa air, akan kami edukasi cara yang benar agar tidak merusak tebing saluran,” jelasnya.

Saat ini, BBWS juga mengandalkan sembilan bendungan utama untuk mendukung kebutuhan air. Delapan di antaranya telah beroperasi, sementara Bendungan Cipanas masih dalam proses sertifikasi operasi.

“Volume air di enam bendungan cukup tinggi. Namun, dua lainnya masih terbatas. Kami berharap sisa hujan di masa transisi ini bisa meningkatkan tampungan hingga 90%,” kata Dwi Agus.

Bendungan yang telah beroperasi di antaranya adalah Bendungan Malahayu (Brebes), Sedong, Situ Patok (Cirebon), Kuningan, Dharma (Kuningan), Rancang dan Tulang (Indramayu), serta Jatigede (Sumedang).

Untuk Cipanas, meski belum resmi beroperasi, bendungan tersebut sudah bisa melayani lahan seluas 6.400 hektare di Cipanas 1 dan 2, dengan efektivitas air sekitar 30% per musim tanam.

Dari sisi sosial, Dwi Agus menyebut penanganan akan dilanjutkan oleh pemerintah daerah setelah proses edukasi dan sosialisasi rampung. Salah satu prioritas ke depan adalah penataan kawasan sungai kecil di Kota Cirebon yang menjadi ikon wilayah, seperti Sungai Kali.

“Pak Wali Kota punya rencana membuat river garden agar area bantaran sungai tak lagi kumuh. Kami siap mendukung setelah urusan sosial diselesaikan,” ujarnya.

Sementara itu, perbaikan terasering dan irigasi di kawasan Beringin dan Singaraja juga tengah dilakukan menggunakan pipa fleksibel berbahan HDPE untuk mengantisipasi pergeseran tanah. Armada dan SDM juga terus dimaksimalkan agar pengerjaan bisa selesai dalam dua minggu ke depan. (Andi/CN)

Exit mobile version