Kidung Air Kembang, Tradisi Cuci Rupang Menyucikan Jiwa Menjelang Imlek

Pengurus dan umat bekerja sama membersihkan lebih dari seratus rupang dengan gerakan penuh kehati-hatian di Vihara Dewi Welas Asih, Jumat (24/1/2025).* (foto : Ist/CN)
banner 120x600

Kota Cirebon, (CN),-
Langit Cirebon yang mendung pada Jumat pagi itu tidak mengurangi semangat para umat Buddha di Vihara Dewi Welas Asih. Mereka tampak sibuk, membersihkan setiap sudut vihara dengan penuh dedikasi. Tradisi tahunan cuci rupang membersihkan patung-patung dewa kembali digelar sebagai wujud penghormatan dan persiapan menyambut Tahun Baru Imlek.

Di pelataran vihara, suara gemericik air bercampur aroma bunga kembang setaman memenuhi udara. Pengurus dan umat bekerja sama membersihkan lebih dari seratus rupang dengan gerakan penuh kehati-hatian. Mereka menggunakan air kembang yang dipercaya membawa kesucian, mengusap lembut permukaan patung-patung dewa yang menjadi simbol kebijaksanaan dan keberkahan.

banner 325x300

Yulia, salah satu pengurus vihara, menjelaskan makna di balik tradisi ini.
“Setiap tahun, kami mengantar para dewa ke Raja Langit melalui doa ganteng untuk menyampaikan laporan tentang perilaku manusia. Setelah itu, kami meminta izin untuk membersihkan rupang ini, agar semuanya bersih dan nyaman untuk perayaan Imlek. Patung-patung ini adalah rumah bagi para dewa, jadi harus diperlakukan dengan penuh rasa hormat,” ujarnya sambil menyeka keringat di dahinya.

Tidak hanya cuci rupang, ratusan lampion berwarna merah cerah sudah mulai menghiasi vihara. Setiap lampion yang dipasang memiliki makna mendalam membawa terang dan harapan baru di tahun yang akan datang. Altar yang menjadi pusat kegiatan peribadatan juga turut dibersihkan. Debu-debu yang menempel disapu hingga tak bersisa, digantikan dengan wewangian yang menenangkan.

Tradisi ini bukan sekadar ritual bersih-bersih, tetapi juga bentuk refleksi spiritual. Dalam keheningan suasana, umat Buddha memaknai tindakan ini sebagai penyucian diri, menjelang tahun baru yang penuh harapan. “Semua dilakukan dengan hati yang tulus. Kami percaya, kebersihan lahiriah juga mencerminkan kebersihan batin,” lanjut Yulia.

Sementara itu, pihak vihara membuka kesempatan bagi umat lainnya untuk turut serta dalam mempersiapkan perayaan. Semangat kebersamaan begitu terasa, mempererat tali persaudaraan di antara mereka.

Menjelang sore, warna-warni lampion dan aroma bunga memenuhi Vihara Dewi Welas Asih. Keindahan dan kehangatan tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara penghormatan pada leluhur, kebersihan fisik, dan ketulusan hati dalam menyongsong tahun baru. Tahun Baru Imlek bukan hanya selebrasi, tetapi juga momen untuk memperbarui semangat hidup.

(Andifafa/CN)

banner 400x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *