Dari Tawuran ke Sajadah, Perjalanan Anak-Anak Cirebon Menemukan Harapan di Pesantren Kilat

Kapolresta Cirebon, Kombes Pol. Sumarni menyampaikan sambutannya dalam acara program pesantren kilat dan pelatihan ekonomi kreatif bagi mereka anak-anak yang pernah berhadapan dengan hukum, Senin (20/1/2025).* (Foto : Andi/CN).

Kabupaten Cirebon, (CN),-
Di Aula Mapolresta yang sarat dengan harapan, sekelompok anak duduk dalam diam. Mereka adalah jiwa-jiwa muda yang sebelumnya terjerat gelapnya jalan, kini sedang mendengar lantunan doa dan wejangan. Polresta Cirebon mengadakan program pesantren kilat dan pelatihan ekonomi kreatif bagi mereka anak-anak yang pernah berhadapan dengan hukum. Sebuah upaya nyata untuk mengembalikan mereka ke jalan terang.

Kapolres Cirebon Kota, Kombes Pol. Sumarni, berbicara dengan penuh kelembutan, namun tegas. “Anak-anakku, dunia ini luas, penuh peluang bagi mereka yang berusaha. Kami tidak ingin kalian kembali terjebak pada kegelapan. Program ini adalah jembatan menuju masa depan. Jadilah generasi emas yang mampu berdiri dengan nilai-nilai kebaikan,” ucapnya, mengawali acara dengan harapan yang menggetarkan.

Dalam program yang berlangsung selama tujuh hari itu, anak-anak diajak mengenal nilai kehidupan. Di pagi hari, mereka mendengar tausiah yang menyentuh jiwa, mengingatkan mereka akan kasih Ilahi. Siang harinya, pelatihan ekonomi kreatif menjadi ajang mereka menggali potensi, dari kerajinan tangan hingga keterampilan pangan. Malamnya, suasana syahdu tercipta kala mereka berlutut di atas sajadah, mendekatkan diri pada Sang Khalik.

Kadisdik Kabupaten Cirebon, Ronianto, turut memberi apresiasi. “Kami percaya, anak-anak ini punya kesempatan kedua. Dengan bimbingan yang tepat, mereka bisa kembali menjadi bagian dari masyarakat, kembali ke bangku sekolah, dan menjadi pribadi yang lebih baik,” tuturnya, penuh optimisme.

Sementara itu, Abdul Fatah, analis kebijakan KCD X, menyebut program ini sebagai angin segar di tengah kegelisahan. “Program ini mengajarkan keseimbangan antara ilmu, keterampilan, dan iman. Ketiganya adalah fondasi penting untuk membentuk generasi yang kokoh dan tangguh,” ungkapnya.

Selama kegiatan berlangsung, senyum kecil mulai muncul di wajah para peserta. Mereka, yang sebelumnya mengenal dunia dengan amarah dan dendam, kini mencoba memahami bahwa hidup bisa lebih indah jika dijalani dengan kebaikan.

Salah seorang peserta, mengungkapkan rasa syukurnya. “Awalnya saya tidak yakin, tapi di sini saya belajar bahwa saya masih punya harapan. Saya ingin berubah,” katanya, lirih namun penuh tekad.

(Andifafa/CN)

Exit mobile version