Ragam  

BRIN dengan Bionyeri PTY LTD Australia akan Riset Potensi Kratom sebagai Obat Herbal Baru

Ilustrasi Daun Kratom.(Foto : pixabay/CN)
banner 120x600

KRATOM yang saat ini ada wacana akan dimasukkan dalam Narkotika dan Obat Terlang (Narkoba) justru kini akan dijadikan sebagai obat herbal baru.
Hal itu dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Vaksin dan Obat (PRVO) yang berkolaborasi dengan Bionyeri PTY LTD Australia yang segera meneliti potensi kratom sebagai obat herbal baru.

Kolaborasi yang berfokus pada pengembangan inovasi berbasis sumber daya alam Indonesia ini, ditandai dengan penandatanganan Non-Disclosure Agreement (NDA).

banner 325x300

Menurut Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN NLP. Indi Dharmayanti, riset kratom menjadi salah satu fokus riset di PRVO, yang berpotensi sebagai pengobatan baru. Hal ini patut diteliti lebih lanjut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk kesehatan masyarakat.

Indi menjelaskan, kemitraan ini menyoroti komitmen pihaknya untuk mengelaborasi sains dan inovasi guna mengatasi tantangan yang dihadapi dan mengungkap kemungkinan obat baru.

“Kolaborasi ini dapat menjadi solusi pengembangan kemitraan bersama industri untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,” kata Indi usai penandatanganan Non-Disclosure Agreement (NDA) mitra luar negeri antara PRVO dengan Bionyeri PTY LTD di Cibinong, seperti dilansir situs resmi BRIN, Kamis pekan lalu.

Dia berharap riset kolaborasi ini dapat menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya alam untuk peningkatan kesehatan rakyat Indonesia.

Kepala PRVO BRIN Masteria Yunovilsa Putra mengatakan, pihaknya menginisiasi berbagai riset kratom terutama penggunaannya secara tradisional dan aktivitasnya secara farmakologis.

Riset kratom yang telah dilakukan di PRVO hingga saat ini meliputi standarisasi ekstrak alkaloid, studi in vitro yang terdiri dari aktivitas antioksidan dalam sel. Kemudian aktivitas anti inflamasi ganda serta adjuvant untuk terapi kanker, dan studi in vivo yang meliputi aktivitas analgesik, putus obat/withdrawal effect serta tes toksisitas akut oral.

Masteria menguraikan, senyawa yang paling banyak diteliti sifat-sifat analgesik serta adiksinya adalah Mytraginine dan 7-hydroxymitragynine. Kedua senyawa ini juga menjadi senyawa tunggal untuk diteliti potensinya sebagai analgesik, anti-inflamasi, serta untuk terapi kanker.

Pemilik PT SOHO and Bionyeri PTY. LTD, Eng Liang Tan mengaku pihaknya sangat senang dan bangga dapat bekerjasama dengan para peneliti muda di Indonesia.

“Apa yang ada dipikiran saya saat membangun Bionyeri adalah dapat memberi hal positif bagi Indonesia. Tujuan riset pertama kami ingin menggunakan herbal Indonesia. Indonesia sangat kaya akan sumber alami, khususnya herbal. Oleh karena itu kita harus mengoptimalkannya,” kata Tan.

Tan menjelaskan, Bionyeri berdiri pada Juni 2023 dan berbasis di Australia. Saat ini Bionyeri telah banyak membangun koneksi dengan mitra di Indonesia untuk berkolaborasi menemukan obat alami baru.

(OKE/CN)

banner 400x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *