NUSANTARA, (CN).-
Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2001-2004 yang saat ini menjadi anggota DPR RI, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., menyampaikan orasi pada acara Dies Natalis ke-67 Universitas Lampung Mangkurat (ULM) di Kampus ULM, Banjarmasin, pada Senin (22/9/2025).
Rektor Universitas UMMI Bogor ini menekankan tiga peran penting dan kontribusi utama perguruan tinggi dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045.
“Pertama, hasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten pada bidang ilmunya, unggul, berkahlak mulia, beriman dan taqwa. Jalankan proses belajar, praktikum, penelitian, praktek lapang, magang dan kegiatan pendidikan lainnya yang berkualitas dunia. Dalam konteks tri darma pendidikan tinggi, ini termasuk Darma ke-1 yakni Pendidikan,” ujarnya.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University ini melanjutkan, tugas kedua yakni hasilkan informasi ilmiah, IPTEK dan inovasi yang diperoleh melalui aktivitas penelitian atau masuk dalam Darma ke-2.
“Informasi ilmiah itu menjadi dasar dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan bagi para mitra perguruan tinggi yang meliputi pemerintah, industri swasta maupun BUMN, masyarakat dan media massa. Ini yang kita sebut kolaborasi penta helix,” tandas anggota Komisi IV DPR RI ini.
Ketiga yakni pengabdian kepada masyarakat yang masuk dalam Darma ke-3. Dengan informasi ilmiah, IPTEK dan inovasi yang dihasilkan dan dimiliki, perguruan tinggi dapat membantu pemerintah pusat maupun daerah dalam menyusun rencana pembangunan, manajemen pembangunan dan aspek lainnya.
Dalam pandangan pakar kelautan internasional ini, pemerintah harus memiliki roadmap (peta jalan) pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Indikator kinerja utama dari Indonesia Emas 2045 ada sepuluh variabel. Mulai dari pendapatan penduduk per kapita sebesar 30.000 dolar AS, kondisi sosial-ekonomi yang adil, tidak ada pengangguran, semua warga negara hidup sejahtera, kapasitas IPTEK kelas-1, berdaulat dibidang pangan, energi dan air sampai keberlanjutan.
“Kondisi Indonesia saat ini, masih jauh dari yang kita harapkan. Berdasarkan analisis kesenjangan dengan Indonesia Emas 2045 yang kita harapkan, ada empat kluster kebijakan pembangunan yang harus dilakukan pemerintah dan rakyat Indonesia secara berkesinambungan. Empat kluster itu yakni ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup dan polhukamhan (politik, hukum, keamanan dan pertahanan),” jelasnya.
Di hadapan civitas akademika Universitas Lampung Mangkurat, Prof. Rokhmin mengemukakan, iptek dan inovasi bisa digunakan para mitra perguruan tinggi untuk membangun serta menggerakkan perekonomian bangsa.
“Mencakup sektor ekonomi primer yakni pertanian, kelautan, perikanan, kehutanan dan ESDM. Kedua sektor ekonomi sekunder yang salah satunya industri manufaktur, seperti makanan dan minuman, farmasi, elektronik, otomotif, tekstil, bioteknologi, industri digital dan lainnya. Ketiga sektor ekonomi yakni jasa, perdagangan, pariwisata dan ekonomi kreatif,” papar pria asal Gebang, Kabupaten Cirebon ini.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar berupa jumlah penduduk produktif, kekayaan sumber daya alam serta posisi geo-ekonomi yang strategis. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih rata-rata 5 persen per tahun. Hal itu disebabkan masih rendahnya produktivitas SDM, deindustrialisasi, ketergantungan pada ekspor bahan mentah, infrastruktur dan konektivitas digital yang belum memadai serta kepastian hukum maupun stabilitas politik yang masih kurang.

“Sudah 80 tahun merdeka, Indonesia masih tergolong negara berpendapatan menengah. Pendapatan per kapita baru sekitar 5.000 dolar AS. Kita belum menjadi negara maju dan makmur,” tegasnya.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Rokhmin menyinggung ancaman eksternal seperti disrupsi teknologi digital (AI, IoT, blockchain, big data, robotics), konflik geopolitik global serta perubahan iklim dunia.
“Kita harus tetap optimistis dan penuh semangat gotong royong untuk dapat mengubah sejumlah permasalahan maupun tantangan itu menjadi peluang pembangunan,” ucapnya.
Prof. Rokhmin mendorong Universitas Lampung Mangkurat dan seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk terus memperkuat kontribusi nyata melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Konsep penta helix penting agar akademisi tidak berjalan sendiri, melainkan berkolaborasi dengan pemerintah, industri, masyarakat dan media massa.
“Universitas Lampung Mangkurat harus terus berusaha keras, cerdas, ikhlas dan tuntas untuk menjadikan dirinya world class university berbasis riset, inovasi, dan kolaborasi penta helix,” tukas Rokhmin.
Prof. Rokhmin menyarankan Universitas Lampung Mangkurat memperkuat dan mengembangkan program studi maupun fakultas dalam menghadapi tantangan di atas.
“Ada digital technology (digital industry, green economy, biotechnology, new materials, blue economy, nanotechnology, perubahan iklim, STEM (science, technology, engineering, mathematics).(Noli/CN)

















