KOTA CIREBON, (CN).-
Ribuan warga Kota Cirebon memadati Alun-alun Kejaksan pada Sabtu malam (2/8/2025), menyaksikan Pergelaran Sendragentala Kolosal Glemegar Manglayange Memolo Sang Cipta Rasa.
Pergelaran pertama ini disaksikan juga Sultan Keraton Kacirebonan, Pangeran Abdul Gani Natadiningrat, para pejabat Pemkot Cirebon, seniman, budayawan dan tokoh Cirebon.
Kegiatan ini merupakan kerja sama Lembaga Kebudayaan Cirebon, Pemkot Cirebon dan Pemprov Jawa Barat. Acara ini bagian dari Festival Cirebon 2025.
Pada pergelaran malam pertama, ribuan warga Kota Cirebon terlihat antuasias menyaksikan penampilan para seniman yang menari dan berakting di atas panggung.
Dikomandoi sutradara Andrian Rahardjo, malam itu bercerita tentang Adzan Pitu yang sangat melegenda. Adzan Pitu yaini adzan yang dilantunkan tujuh (pitu) orang muadzin.
Dalam pergelaran disajikan asal usul lahirnya tradisi azan pitu di Masjid Sang Cipta Rasa. Kisahnya berawal dari adanya wabah penyakit yang menyerang warga di sekitar keraton.
Akibat wabah tersebut, tidak sedikit warga yang jatuh sakit sampai meninggal dunia.
Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati kemudian berdoa dan meminta petunjuk kepada Allah SWT.
Setelah mendapat petunjuk, ditunjuklah tujuh orang untuk mengumandangkan azan di Masjid Sang Cipta Rasa sebagai upaya menghilangkan wabah tersebut.
Wabah itu merupakan kiriman dari seorang pengamal ilmu hitam. Sosok bernama Menjangan Wulung yang sering berdiam diri di momolo atau kubah masjid.
Saat tujuh orang melantunkan azan secara bersamaan, suara ledakan terdengar hebat dari bagian kubah masjid. Saat itu, azan dikumandangkan ketika waktu Salat Shubuh.
Ledakan yang terjadi pun mengakibatkan Menjangan Wulung yang berdiam diri di kubah masjid terluka. Cerita itu yang melatarbelakangi tradisi azan pitu di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon.
Hingga kini, tradisi tersebut masih dilakukan setiap pelaksanaan Salat Jumat di Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon.(Noli/CN)