Kota Cirebon, (CN),–
Di tengah gemerlap cahaya lampu dan lantunan gamelan yang syahdu, Sanggar Sekar Pandan merayakan 33 tahun perjalanannya dalam memeluk, menjaga, dan merawat seni budaya Nusantara. Perayaan akbar yang digelar pada Sabtu (3/5/2025) di Cirebon ini bukan sekadar seremoni ulang tahun, melainkan sebuah persembahan cinta untuk tradisi, persaudaraan, dan keberagaman.
Hadir dalam momen istimewa ini para tokoh penting yang turut menjadi saksi perjalanan panjang sanggar, di antaranya Sultan Kacirebonan Abdul Gani Natadiningrat, Anggota DPR RI M. Herman Khaeron, Prof. Dr. Rochmin Dahuri, serta perwakilan Bank Indonesia, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, budayawan, seniman, dan masyarakat umum yang membaur dalam suasana hangat dan penuh semangat.
Penampilan tari-tarian khas dari berbagai daerah seperti Betawi dan Jepara membuka cakrawala keindahan budaya Nusantara. Di panggung yang sama, tradisi dari barat dan timur Pulau Jawa berdialog dalam gerak, warna, dan harmoni. Riuh tepuk tangan penonton menjadi bukti bahwa seni tradisional tetap hidup, meresap di hati generasi kini.
Tak hanya menampilkan kekayaan budaya, acara ini juga menjadi ajang penghargaan. Sanggar Sekar Pandan mempersembahkan Anugerah Persaudaraan kepada individu, lembaga, dan komunitas yang telah berkontribusi dalam perjalanan panjang mereka. Nama-nama yang diukir dalam daftar penerima penghargaan bukan hanya mitra, melainkan bagian dari keluarga besar seni yang telah menemani sanggar menapaki waktu.
Di antaranya:
Almarhum Sudjana Aria, Dalang Kurnadi, Agus Deni Arkaningrat, PH. Tisna Dendabrata, serta tokoh-tokoh seperti Prof. Dr. Rochmin Dahuri, M. Herman Khaeron, dan Prof. Bernhard North. Tak ketinggalan, komunitas seperti Topeng Betawi Ratna Sari Jakarta dan Sanggar Seni Suara Murti Bali turut mendapatkan apresiasi atas dedikasi mereka menjaga roh kebudayaan tetap menyala.
Pimpinan Sanggar Sekar Pandan, Elang Heri Komalahadi, menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas dukungan selama lebih dari tiga dekade. “Kami persembahkan acara ini untuk para pencinta seni dan budaya, dan untuk semua pihak yang telah menjadi bagian dari sejarah kami,” ungkapnya haru.
Tiga puluh tiga tahun bukan perjalanan singkat. Di balik setiap gerakan tari, kostum yang dirajut, dan pentas yang digelar, ada cerita perjuangan, cinta, dan keyakinan bahwa budaya adalah warisan yang harus dirawat bersama. Sekar Pandan bukan hanya sanggar, melainkan ruang bertumbuhnya semangat, tempat lahirnya persaudaraan, dan rumah bagi jiwa-jiwa yang mencintai keindahan tradisi. (Andi/CN)