Ragam, (CN),-
Guru Besar di IPB University, Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., mengatakan, ada peran strategis diaspora dalam ikut memajukan bangsa dan kesejahteraan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045.
“Lakukan transfer inovasi, etos kerja unggul dan teknologi mutakhir ke Indonesia. Kembangkan kerja sama negara-negara maju dan makmur dengan Indonesia di bidang pendidikan, pelatihan, penelitian & pengembangan serta kebudayaan,” ujar anggota Komisi IV DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jabar 8 ini.
Langkah lainnya, lanjut Prof. Rokhmin, membantu penguatan dan pengembangan kerjasama di bidang investasi, bisnis serta perdagangan. Lalu, penguatan diplomasi yang mengharumkan nama dan kepentingan Indonesia (national interest). Satu yang tak kalah penting adalah menabung uang diperbankan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Prof. Rokhmin saat memenuhi undangan dan diskusi bersama diaspora Indonesia di London pada Minggu (20/4/2025).
Dirinya menyempatkan hadir di tengah kesibukan mengikuti International FGD on Blue Economy and Global Climate Change di London, Inggris.
Diskusi diikuti diaspora Indonesia yang mewakili mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh kuliah S2 (MSc atau MA) dan S3 (Doktor atau Ph.D), dosen, peneliti, pekerja profesional, pengusaha, pekerja migran Indonesia serta sejumlah tokoh.
Dalam diskusi, Prof. Rokhmin menyampaikan tentang bagaimana meningkatkan peran diaspora dalam memajukan dan mensejahterakan bangsa Menuju Indonesia Emas 2045.
Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) ini mengemukakan potesi tentang modal dasar pembangunan.
“Indonesia bisa menjadi negara maju dan rakyatnya sejahtera dengan potensi pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 10 perssn per tahun,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan di masa Presiden Gus Dur dan Presiden Megawati Soekarnoputri ini.
Menurutnya, Indonesia masih sebagai negara berpendapatan menengah dengan pendapatan (GNI) rakyat perkapita 4.900 dolar AS. Negara dan bangsa yang maju serta makmur, pendapatan perkapita rakyatnya di atas 14.005 dolar AS. Selain itu, peningkatan kapasitas inovasi (IPTEK) yang tinggi.
Ia mengungkapkan ada sejumlah tantangan dan permasalahan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang rendah, yakni kurang dari 7 persen per tahun.
“Selama 10 tahun terakhir (2014–2024) ekonomi Indonesia hanya tumbuh rata-rata 4,9 persen per tahun. Pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi akibat gelombang PHK yang masih, menurunnya daya beli masyarakat serta jumlah penduduk kelas menengah, gizi buruk dan stunting.
Selain itu, deindustrialisasi dan daya saing, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa yang masih rendah. Dan, iklim investasi dan kemudahan berbisnis yang kurang kondusif dan atraktif.
Prof. Rokhmin memaparkan dinamika global yang mempengaruhi bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia.
“Berupa triple ecological crises (perubahan iklim, pencemaran dan biodiversity loss). Ketegangan geopilitik yang kian meruncing (perang Rusia vs Ukraina, genosida Israel terhadap bangsa Palestina serta perang dagang antara AS vs China and the rest of the world). Kemudian, disrupsi teknologi seperti digital connectivity, IoT, AI, Blockchain, dan robotics,” jelasnya.
Prof. Rokhmin mengemukkan peta jalan pembangunan Menuju Indonesia Emas 2045, meliputi kebijakan dan program pembangunan pada berbagai bidang. Ada bidang ekonomi berupa transformasi struktur ekonomi guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, inklusivitas dan keberlanjutan (sustainability) perekonomian bangsa.
Selain itu, pembangunan kedaulatan pangan, air, energi, farmasi dan mineral. Pengembangan digital economy, green economy dan blue economy berbasis Pancasila. Revitalisasi dan pengembangan infrastruktur, perbaikan iklim investasi dan ease of doing business, sehingga lebih kondusif serta atraktif.
Kebijakan politik ekonomimoneter, fiskal, governance, koordinasi antar kementerian/lembaga serta antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Bidang lingkungan hidup meliputi pemanfaatan SDA dan JASLING secara optimal maupun sustainable, pengendalian pencemaran, konservasi genetik. Spesies dan ekosistem, design and construction with nature. Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global, tsunami, gempa bumi dan bencana alam lainnya.(Noli/CN)