Kota Cirebon, (CN),-
Di bawah gemerlap lampion merah yang bergoyang lembut ditiup angin, Klenteng Dewi Welas Asih berdiri sebagai saksi bisu perjalanan waktu. Jalan Kantor di Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, dipenuhi jejak langkah mereka yang datang dengan hati penuh harapan. Ratusan warga keturunan Tionghoa, berbalut kehangatan tradisi, menghadirkan doa dan penghormatan kepada dewa-dewi pada hari yang istimewa, Selasa (28/1/2025).
Bau harum dupa menyeruak, membaur bersama semilir angin malam yang mengirimkan pesan-pesan doa ke langit. Dalam keheningan, tangan-tangan mereka terkatup, kepala tertunduk rendah, memohon berkah dan kedamaian di tahun baru Imlek 2576. Mata-mata yang tertutup bukan sekadar simbol penghormatan, tetapi cermin dari jiwa yang berbicara dalam bahasa harapan dan rasa syukur.
Di luar, hiruk-pikuk tak terdengar. Sebanyak 370 personel gabungan dari Polres Cirebon Kota, TNI, dan pemerintah daerah menjaga perayaan ini dengan penuh dedikasi. Di antara langkah tegas para petugas, ada wajah-wajah yang menyiratkan kebanggaan dan tanggung jawab.
“Kami bersama-sama menjaga keamanan, memastikan bahwa malam ini semua orang bisa merayakan dengan tenang,” ujar Kapolres Cirebon Kota, AKBP Eko Iskandar.
Dari sudut lain, Ketua DPRD Kota Cirebon, Andrie Sulistio, menatap lampion yang menyala merah terang. Baginya, malam ini lebih dari sekadar perayaan.
“Ini adalah bukti nyata bahwa toleransi dan harmoni bukan sekadar kata, tetapi tindakan,” katanya, penuh haru.
Sementara itu, di tengah arak-arakan lampion dan kidung doa, hadir sosok H. Iing Daiman, Penjabat Sekda Kota Cirebon. Ia berjalan di antara umat yang beribadah, menyapa dengan senyum tulus.
“Kehadiran kita semua di sini, baik yang merayakan maupun yang menjaga, adalah wujud kebersamaan yang tak ternilai. Inilah kerukunan yang kita perjuangkan,” ucapnya, dengan nada yang penuh penghargaan.
Langit malam Cirebon dihiasi percikan cahaya lilin yang mengiringi doa-doa yang mengalir. Klenteng Dewi Welas Asih, dengan keagungannya yang tak pudar dimakan zaman, kembali menjadi rumah bagi harapan, tempat tradisi bertemu dengan rasa syukur.
Dalam perayaan ini, bukan hanya umat Tionghoa yang menemukan maknanya. Kota Cirebon, dengan segala keberagamannya, mengajarkan bahwa harmoni adalah simfoni kehidupan.
(Andifafa/CN)