Prof. Rokhmin : Jangan Hanya Mengandalkan Sumber Daya Daratan, Laut Adalah Masa Depan Kita

Di Munas ASPEKSINDO, Prof. Rokhmin menegaskan agar jangan hanya mengandalkan daratan, laut adalah masa depan.
banner 120x600

NUSANTARA, (CN).-
Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pemerintah Daerah Pesisir dan Kepulauan se-Indonesia (ASPEKSINDO), Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., mengatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi ekonomi kelautan senilai lebih dari US$ 1,3 triliun per tahun.

Sektor perikanan tangkap, budidaya, bioteknologi kelautan, energi, pariwisata bahari hingga jasa maritim memiliki nilai ekonomi dan serapan tenaga kerja yang tinggi.

banner 325x300

Jika dikelola profesional, sektor ini dapat menyerap hingga 45 juta pekerja atau 40 persen total angkatan kerja nasional.

“Jangan hanya mengandalkan sumber daya daratan yang semakin terbatas, laut adalah masa depan kita,” kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dari IPB University ini.

Hal tersebut disampaikan Prof. Rokhmin pada acara Musyawarah Nasional (Munas) III ASPEKSINDO yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta, pada (12–14/8/2025).

Munas ASPEKSINDO memunculkan komitmen kuat untuk menjadikan sektor kelautan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

ASPEKSINDO mendorong blue economy sebagai motor pertumbuhan ekonomi inklusif, menargetkan Indonesia Emas 2045 melalui pemanfaatan potensi kelautan senilai US$ 1,3 triliun per tahun.

Prof. Rokhmin yang menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan pada 2001-2004, mengemukakan, pemanfaatan potensi berbasis inovasi, ilmu pengetahuan dan teknologi modern akan mengatasi berbagai persoalan bangsa.

“Mulai dari kemiskinan, pengangguran, ketimpangan antarwilayah hingga rendahnya daya saing. Dengan mengoptimalkan blue economy, kita dapat menuju Indonesia Emas 2045 yang maju, adil, makmur dan berdaulat,” tegas anggota DPR RI ini.

Rektor Universitas UMMI Bogor ini mengungkapkan, negara-negara lain dengan potensi lebih kecil, seperti Thailand, Korea Selatan, Jepang bahkan Maldives, kontribusi sektor kelautannya terhadap PDB bisa mencapai di atas 30 persen. Sementara, Indonesia baru sekitar 14 persen.

Ia meminta ASPEKSINDO menjadi penghubung strategis antara pemerintah daerah, pemerintah pusat dan investor, baik dalam maupun luar negeri. Peran ini mencakup penyusunan roadmap pembanguna daerah berbasis kelautan, mendatangkan dana APBN, mendorong investasi bonafide, membangun jejaring kerja sama serta meningkatkan kapasitas SDM daerah.

Pakar kelautan dunia ini menyebut kemajuan negara bergantung pada produktivitas dan daya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen per tahun serta pemerataan kesejahteraan.

Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen dengan ketimpangan dan kemiskinan yang menjadi tantangan besar.

Selain fokus pada ekonomi, Prof. Rokhmin berpendapat, perlu memerhatikan keberlanjutan lingkungan, mitigasi perubahan iklim dan konservasi keanekaragaman hayati.

“Blue economy bukan sekadar eksploitasi sumber daya, tetapi pemanfaatan berkelanjutan yang memberi manfaat ekonomi tanpa merusak ekosistem,” jelasnya.

Munas III ASPEKSINDO diharapkan melahirkan kebijakan dan program konkret yang dapat langsung diimplementasikan di daerah. Dengan 34 provinsi pesisir dan lebih dari 12 ribu desa pesisir, Indonesia memiliki modal besar untuk menjadi poros maritim dunia.

“Tugas kita adalah mengubah potensi menjadi kekuatan nyata demi kesejahteraan rakyat,” pungkas Prof Rokhmin.(Noli/CN)

banner 400x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *