KOTA DEPOK, (CN),–
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memilih 5 quick wins menjadi pesan utama peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 Tahun 2025.
“Quick wins terdiri atas lima program prioritas, meliputi Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), Lansia Berdaya (Sidaya), dan Super Aplikasi Keluarga Indonesia,” terang Staf Ahli Bidang Hukum Kelembagaan dan Reformasi Birokrasi Kemendukbangga Viktor Hasiholan Siburian pada puncak peringatan Harganas ke-32 di Alun-alun Kota Depok, kawasan Grand Depok City, Kota Depok, Rabu (25/6/2025).
Viktor menyampaikan, pada momentum peringatan Harganas ke-32 ini, program quick wins menjadi pesan utama yang akan terus disosialisasikan kepada masyarakat dan semua stakeholders. Pembangunan keluarga harus dimulai dari keluarga untuk mewujudkan keluarga yang tenteram, mandiri, bahagia untuk Indonesia Maju.
Dia menegaskan, momentum Harganas bukan sekadar seremonial yang dirayakan setiap tahun. Ia berharap Harganas menjadi daya ungkit strategis dalam mempercepat capaian program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana).
Dalam hal ini, lanjutnya, Harganas merupakan penguatan komitmen bersama dalam membangun keluarga yang berkualitas, mendorong kesadaran masyarakat untuk berencana serta menjadikan keluarga sebagai pusat pembangunan manusia Indonesia.
Menurut Viktor, saat ini Kemendukbangga dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar. Lebih dari sekadar nama, perubahan menandai arah baru pembangunan nasional yang berbasis kepada keluarga. Karena itu, seluruh jajaran baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus bergerak bersama-sama dalam pelaksanaan program Bangga Kencana.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan yang utama. Tempat terbentuknya kepribadian yang mewarnai kehidupan manusia. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan untuk penerapan nilai-nilai agama, nilai-nilai kemanusiaan, nilai kebangsaan, nilai keadilan sosial dan nilai-nilai moral.
“Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang sehat, harmonis, dan penuh kasih sayang akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi individu yang cerdas, tangguh dan berakhlak mulia. Keluarga akan menentukan arah sosial dan moral bangsa kita,” tandas Viktor.
Dia mengingatkan, saat ini keluarga Indoensia dihadapkan pada sejumlah tantangan besar. Pertama, masih tingginya angka stunting di Indonesia menjadi tantangan tersendiri untuk mewujudkan generasi yang sehat, cerdas dan kuat. Kedua, belum optimalnya pengetahuan orang tua mengenai pola pengasuhan serta pembinaan tumbuh kembang anak.
“Di tengah perubahan sosial dan ekonomi yang semakin dinamis, pola pengasuhan anak memerlukan penyesuaian terhadap realitas kehidupan keluarga masa kini,” katanya.
Ketiga, sambung dia, rendahnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak turut menjadi kendala di dalam rumah tangga atau keluarga. Data Unicef pada 2021 menunjukkan bahwa 20,9 persen anak-anak di Indonesia kehilangan kehadiran ayah, baik karena disebabkan perceraian, kematian atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga.
Keempat, sambungnya, lemah kualitas hidup lansia dan keterbatasan kemampuan keluarga dalam memberikan pendampingan serta perawatan jangka panjang bagi orang tua.
“Untuk menjawaban tantangan tersebut, Kemendukbangga/BKKBN menyusun quick wins yang terdiri dari lima program. Pertama, Genting menjadi program nasional yang diinisiasi oleh Kementerian sebagai upaya gotong-royong lintas sektoral untuk mempercepat penurunan dan pencegahan stunting di Indonesia,” ungkap Viktor.
Kedua, Tamasya menjadikan program inovasi strategis untuk menciptakan kemandirian keluarga dengan menyediakan tempat penitipan anak (TPA) yang berkualitas dan berkelanjutan. Melalui quick wins ini diharapkan semua warga negara dalam siap produksi kerja, itu dapat bekerja termasuk para wanita dan perempuan yang mempunyai anak.
Ketiga, GATI muncul sebagai respons terhadap permasalahan fatherless yang mengkhawatirkan di Indonesia. Melalui program ini, Kemendukbangga mendorong keterlibatan aktif ayah dan calon ayah dalam pengasuhan anak serta pendampingan remaja yang akan memasuki usia pranikah. Pihaknya berharap ayah hadir di setiap proses tahapan tumbuh kembangnya anak dari mulai balita hingga dia memasuki usia jenjang pernikahannya.
Keempat, Sidaya merupakan integrasi kebijakan layanan terhadap kelompok lansia. Melalui Sidaya, Kemendukbangga berharap ada pendampingan bagi keluarga lansia dan lansia itu sendiri melalui kepedulian dan peran serta dari multisektor.
Kelima, Super Aplikasi Keluarga Indonesia mencoba menyajikan data secara terintegrasi berdasarkan kecerdasan buatan. Melalui Super App ini akan memudahkan akan masyarakat mengakses layanan seputar kependudukan dan keluarga.(Ok/CN)