Kota Cirebon, (CN),—
Bagaimana jadinya kalau teknologi canggih bersanding dengan sentuhan kemanusiaan dalam dunia kesehatan? Jawabannya ada di Seminar Internasional bertema “The Future of Palliative Care: Technology, Innovation, and a Holistic Approach” yang digelar oleh ITEKES Mahardika, Kamis (12/6), di Grage Hotel, Cirebon.
Acara yang menggandeng para akademisi dan praktisi kesehatan ini mendapat apresiasi tinggi dari Wakil Wali Kota Cirebon, Siti Farida Rosmawati. Dalam sambutannya, ia menyebut seminar ini sebagai bentuk nyata kolaborasi lintas bidang untuk menjawab tantangan dunia medis yang semakin kompleks.
“Seminar seperti ini adalah refleksi semangat kemajuan dan dedikasi akademik. Kita butuh sistem kesehatan yang inklusif dan adaptif terhadap perubahan zaman,” ungkapnya.
Farida juga menekankan bahwa layanan paliatif yang seringkali dikaitkan dengan perawatan pasien menjelang akhir hayat sebenarnya jauh lebih dalam. Ini bukan semata soal medis, tapi menyentuh sisi spiritual, sosial, hingga emosional.
“Ketika sains bertemu dengan rasa kemanusiaan, di situlah nilai sejati pelayanan paliatif bekerja,” tambahnya penuh makna.
Meski begitu, ia tak menutup mata terhadap sejumlah tantangan: perubahan demografi, meningkatnya penyakit kronis, dan keterbatasan tenaga medis yang benar-benar paham layanan paliatif. Solusinya? Inovasi teknologi.
Farida menyebut teknologi seperti artificial intelligence, telemedicine, dan perangkat wearable sebagai peluang besar—asal tetap berpijak pada budaya dan nilai spiritual masyarakat.
“Kami di Pemkot Cirebon terus mendorong sektor kesehatan yang berpihak pada kelompok rentan,” tegasnya.
Sementara itu, Rektor ITEKES Mahardika, Yani Kamasturyani, berharap seminar ini tak sekadar jadi ruang diskusi, tapi bisa melahirkan aksi nyata. Mulai dari pengembangan kurikulum hingga riset terapan yang menyentuh langsung masyarakat.
“Kita ingin mahasiswa, dosen, dan tenaga kesehatan mendapat wawasan baru dari narasumber internasional dan siap menghadapi tantangan nyata di lapangan,” ujarnya.
Seminar ini pun jadi bukti bahwa dunia kesehatan masa depan bukan hanya soal alat canggih dan data digital, tapi juga soal empati, kolaborasi, dan keberpihakan pada kemanusiaan. (Andi/CN)