“Tanah Longsor, Doa Menyatukan: Ketika 6 Agama Berlutut di Kaki Gunung Kuda”

banner 120x600

KABUPATEN CIREBON, (CN),-
Matahari belum tinggi saat satu per satu orang mulai berdatangan ke kaki Gunung Kuda, Desa Cipanas, Rabu pagi itu (4/6). Mereka datang tidak untuk berwisata, bukan pula untuk bekerja. Mereka datang membawa satu tujuan: berdoa.

Pagi itu, di tengah puing-puing dan sisa-sisa longsor yang masih terasa basah, digelar Doa Bersama Lintas Agama. Sebuah bentuk solidaritas dari hati, untuk mereka yang jadi korban bencana longsor di area Galian C, Gunung Kuda.

banner 325x300

Acara ini digagas oleh Polresta Cirebon bersama Kementerian Agama dan berbagai pemangku kepentingan, dari unsur TNI, Polri, Basarnas, BPBD, relawan, hingga masyarakat sekitar. Tak ketinggalan, para tokoh enam agama besar di Indonesia hadir dan memanjatkan doa menurut kepercayaan masing-masing.

Kapolresta Cirebon Kombes Pol. Sumarni, yang hadir langsung di lokasi bersama Dandim 0620 Letkol Inf. Mukhamad Yusron, menyampaikan pesan yang menyentuh.
“Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Mari kita jadikan tragedi ini sebagai pengingat agar kita lebih menjaga alam dan lebih peduli terhadap keselamatan bersama.”

Suasana haru menyelimuti lokasi. Ada isak tangis, ada peluk hangat, dan ada bisik-bisik doa yang tulus. Di antara barisan orang-orang yang hadir, tampak pula keluarga korban. Mereka menunduk, beberapa menggenggam erat tangan relawan. Dalam duka, ada harapan yang dipeluk erat.

Tak hanya soal doa, kegiatan ini juga menjadi panggung kebersamaan. Umat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, hingga Konghucu duduk bersebelahan, menyatu dalam rasa kehilangan. Tidak ada sekat keyakinan, yang ada hanya kemanusiaan.

“Ini bukan hanya soal bencana, ini soal bagaimana kita sebagai manusia saling menguatkan,” ujar H. Slamet dari Kemenag Kabupaten Cirebon. Ia mengaku terharu melihat antusiasme semua pihak dalam mendoakan para korban.

Acara ditutup dengan harapan agar para korban yang masih dalam pencarian segera ditemukan, agar keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, dan agar Gunung Kuda kembali tenang, tidak lagi menumpahkan duka.

Satu hal yang terasa jelas pagi itu ketika musibah datang, Cirebon tidak berdiri sendiri. Ia berdiri bersama. Dalam doa, dalam peluk, dalam duka yang dibagi bersama. (Andi/CN)

banner 400x150

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *