KABUPATEN CIREBON, (CN).-
Pendidikan memiliki peran penting dan vital dalam membangun keberhasilan suatu bangsa. Bangsa yang maju, makmur dan berdaulat adalah yang mampu
menyediakan pendidikan berkualitas tinggi yang merata bagi semua lapisan
masyarakat.
Sehingga, menciptakan tenaga kerja yang produktif, terampil, berdaya saing serta adaptif. Pendidikan yang efektif bukan hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi
juga membentuk karakter, etika, akhlak mulia dan kemampuan berpikir kritis serta
kreatif yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global.
“Bangsa yang sukses memiliki sejumlah ciri khas, di antaranya kepemimpinan yang kompeten dan visioner, sistem pendidikan yang kuat, produktivitas yang meningkat serta adanya keseimbangan antara kebebasan
individu maupun kontrol pemerintah. Sebaliknya, kegagalan sering terjadi ketika
suatu bangsa terjebak dalam ketimpangan ekonomi, korupsi, nepotisme, utang
yang berlebihan dan menurunnya kualitas institusi,” ujar Prof. DR. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan.
Hal tersebut disampaikan guru besar IPB University ini saat memberi kuliah umum kepada mahasiswa Politeknik Siber Cerdika Internasional (SCI) pada Senin, (24/3/2025) di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Prof. Rokhmin memberikan pemaparan tentang strategi menyiapkan lulusan perguruan tinggi yang sukses dan bahagia dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Lebih jauh Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2001-2004 ini mengemukakan indikator alumni perguruan tinggi yang sukses dan bahagia.
“Mampu bekerja dengan menciptakan lapangan kerja, produk dan jasa
sendiri atau bekerja pada orang lain diperusahaan nasional, perusahaan
internasional, koperasi, UMKM, aparat sipil negara (ASN), dengan pendapatan (income) yang membuat diri dan keluarganya hidup sejahtera secara berkelanjutan,” katanya.
Indikator lainnya yakni memiliki identitas (jati diri) dan jiwa (spirit) kebangsaan Indonesia, sehingga
para alumni perguruan tinggi menjadi warga negara yang baik (good citizen).
“Menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) yang dapat berkontribusi bagi
pembangunan dunia dan peradaban manusia yang lebih baik, sejahtera, adil,
damai dan berkelanjutan,” ujarnya.
Sebagai insan yang beriman, lanjut Prof. Rokhmin, alumni perguruan tinggi harus bertaqwa kepada Tuhan YME menurut agama masing-masing dan menghadirkan kehidupan harmonis antara
pemeluk agama, sehingga para alumni bisa hidup sukses dan bahagia di dunia maupun di akhirat kelak.
“Agar bisa sukses dan bahagia dengan 4 indikator di atas, maka selama masa kuliah para alumni harus rajin belajar, meneliti, berlatih, berdiskusi, seminar dan berinteraksi positif dengan civitas
akademika maupun masyarakat luas. Hal ini sangat penting agar ketika sudah lulus menjadi alumni akan memiliki hard skills
(intellectual quotient), soft skills (emotional quotient) dan IMTAQ
(Spiritual quotient) yang mumpun,” paparnya.
Untuk dapat memiliki hard skills, soft skills dan IMTAQ yang
mumpuni, maka semasa kuliah harus mengikuti perkembangan zaman, IPTEK, kebutuhan manusia, kebutuhan
pembangunan dan kebudayaan, baik di tingkat nasional maupun
global.
Prof. Rokhmin juga menerangkan persyaratan untuk menjadi negara-bangsa yang maju, makmur dan berdaulat
“Memiliki peningkatan 4 daya (potensi) mahasiswa yakni peningkatan daya pikir, daya rasa, daya karsa dan daya raga (olahraga),” ungkapnya.
Pendidikan daya pikir terletak pada kemampuannya untuk tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa, tetapi juga membekali mereka dengan
keterampilan berpikir kritis yang didasari kemampuan membaca dan menulis yang
diperlukan untuk menganalisis, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan
dalam berbagai aspek kehidupan.
Pendidikan olah rasa merupakan aspek penting dalam pembentukan kepribadian individu
dan karakter bangsa. Lebih dari sekadar kecerdasan intelektual, pendidikan ini bertujuan
untuk mengembangkan kepekaan estetika, kehalusan budi pekerti, kepekaan sosial, serta
ketajaman rasa keadilan. Dalam konteks ini, pendidikan olah rasa menjadi landasan bagi
terciptanya masyarakat yang beradab, berempati dan memiliki semangat kebangsaan yang
kuat.
Pendidikan daya karya menekankan pada penumbuhan kehendak kepada peserta didik
untuk mengenali dan mengaktualisasikan kecakapan hidup dari potensi kecerdasan
masing-masing.
Kurikulum pendidikan harus menghargai setiap jenis kecerdasan dan memberi ruang bagi
multiple-intelligences yang meliputi kecerdasan linguistic, logika-matematika, ruang,
music, kinestetik, interpersonal dan intrapersonal.
Olah raga menawarkan kesederhanaan dalam menghasilkan hidup sehat dan mengobarkan
jiwa kepahlawanan. Lebih dari itu, jiwa yang sehat tidak dapat bersatu dengan tubuh yang
sakit. Oleh karena itu setiap peserta didik harus memulai sejak dini dengan dilakukan secara
hati-hati dan harus diteruskan seumur hidup, menjadi medium penting bagi pengembangan
sportivitas, ketahanan mental, keberanian, kerjasama dan patriotism.
Dalam olahraga,
peserta didik mengembangkan mental kesiapan berjuang ketimbang mengedepankan hasil.
Kesiapan berkorban dan kesungguhan berjuang demi mengharumkan nama bangsa
menjadikan seorang olahragawan sebagai pahlawan.(Noli/CN)